Lembaga ini sudah ada sejak tahun 1947 dengan nama Instituut Voor Taal en Cultuur Onderzoek (ITCO) dan dipimpin seorang warga negara Belanda. Dalam prosesnya, lembaga ini sempat berubah-ubah nama menjadi Balai Bahasa (1948), Lembaga Bahasa dan Budaya (1952), Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1974), Pusat Bahasa (2000), dan akhirnya menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) pada tahun 2010.
Tiga :)
Kerusuhan ini disebabkan oleh kondisi sosial pada masa ini, dimana mulai terjadi kesenjanga sosial dan kemiskinan pad aklangan masyarakat, terutama masyarakat miskin di kota Jakarta. Kemiskinan ini menjadikan adanya rasa ketidakpuasan terhadap pemerintahan Orde Baru.
Para mahasiswa juga menolak pengaruh ASPRI (asisten pribadi) yang menjadi penasehat presiden Soeharto, yang dipimpin oleh Jenderal Ali Moertopo.
Kemudian terjadi pula penentangan terhadap pengaruh asing di Indonesia. Pada masa ini, mulai masuk investasi dari perusahaan luar negeri, terutama perusahaan Jepang. Perusahaan Jepang ini dianggap menguasai ekonomi Indonesia, dan kunjungan Perdana Menteri Jepang, Kakuei Tanaka, menjadi penyulut kemarahan para mahasiswa.
Pertentangan terhadap pengaruh asing ini juga disebabkan oleh pengambilan pinjaman asing dari Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI). Kunjungan ketua IGGI, Jan P. Pronk, membuat para mahasiswa berdemonstrasi dan menolak kunjungannya.
Demonstarsi menjadi semakin besar setelah PM Kakuei Tanaka tiba di Jakarta pada 14 Januari 1974. Demonstrasi ini kemudian menjadi kerusuhan yang membakar toko-toko di Jakarta, terutama miliki etnis Tionghoa. Kerusuhan ini mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa saat para perusuh ditembak oleh pasukan keamanan.
Kerusuhan ini oleh pemerintah Orde Baru disebut didalangi kelompok sayap kanan seperti PNI dan Masyumi, namun persidangan di pengadilan tidak dapat membuktikan tuduhan ini.
KABINET NATSIR (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
KABINET SUKIMAN (27 April 1951 – 3 April 1952)
KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Tanggal 28 Oktober hingga 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan.
Usaha untuk menyelesaikan masalah ekonomi secara konseptual, praktis, dan realistis. Salah satu gagasan itu muncul dari I.J Kasimo yang pada waktu itu sebagi menteri persediaan makanan rakyat. Gagasan dari I.J Kasimo dituangkan dalam rencana produksi lima tahun yang dikenal dengan sebutan Plan Kasimo.
Isi dari Kasimo Plan :
Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah satuan perencanaan yang dibuat oleh pemerintah Orde Baru di Indonesia.
Semenjak kelahiran bahasa Indonesia baik Secara Politis tanggal 28 oktober 1928, maupun kelahiran secara yuridis tanggal 18 agustus 1945, maka status bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa Persatuan (bahasa Nasional) dan sebagai bahasa Negara (bahasa Resmi).
Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Juli 1953- Juli 1955)
Kabinet Ali Sastroamidjojo II (Maret 1956- Maret 1957)
Depresi Besar atau zaman malaise adalah sebuah peristiwa menurunnya tingkat ekonomi—secara dramatis—di seluruh dunia yang mulai terjadi pada tahun 1929. Depresi dimulai dengan peristiwa Selasa Hitam, yaitu peristiwa jatuhnya bursa saham New York pada tanggal 24 Oktober dan mencapai puncak terparahnya pada 29 Oktober 1929. Depresi ini menghancurkan ekonomi baik negara industri maupun negara berkembang. Volume perdagangan internasional berkurang drastis, begitu pula dengan pendapatan perseorangan, pendapatan pajak, harga, dan keuntungan.
Kota-kota besar di seluruh dunia terpukul, terutama kota yang pendapatannya bergantung pada industri berat. Kegiatan pembangunan gedung-gedung terhenti. Wilayah pedesaan yang hidup dari hasil pertanian juga tak luput terkena dampaknya karena harga produk pertanian turun 40 hingga 60 persen. Begitu pula dengan sektor primer lain seperti pertambangan dan perhutanan.
Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah Amerika Serikat sampai melegalkan Sin Industry (miras, cerutu, judi, dan prostitusi) di Las Vegas sejak tahun 1930-an bahkan sampai sekarang. Antara 1939 dan 1944, banyak orang mendapat pekerjaan kembali karena Perang Dunia II, dan Depresi Besarpun berakhir.
Dukung kami :)
Buy me a coffeeBaruuu, yuk diskusi soal bareng2 di Forum Belajarbro